CERITA HORROR SEPERTIGA MALAM

cerita ini berasal dari tweeter https://mobile.twitter.com/RestuPa71830152


Langsung aja, gua tinggal ama ortu dan kakak dan adik gua, tapi hari itu mereka emang gak ada dirumah, kakak gua lagi ada tugas di luar kota, sedangkan ortu dan adik gua gak ada dirumah juga, alhasil gua disuruh jaga rumah ama keluarga.


Karena gua juga agak penakut tapi gua sebenarnya idealis, gak ada hak juga kalian mempercayai ini, setiap orang mempunyai langkah keinginan dalam berpandangan nya itu sendiri


Gua waktu itu ngajak temen, gua sebut aja namanya Salman, dia temen deket rumah juga, kita kalau ngumpul emang berduaan aja, habis di desa gua banyak banget anak-anak keluar kota tapi sok gaul gitu. Menurut gua, jamet banget dah.


Alhasil gua ajak Salman ke rumah, dan kita kalau main emang berduaan doang. Gini nih kalau jomblo akut suruh jaga rumah, ya dijadikan rumah itu sebagai istana imajinasi kita. Wqwq


Malam itu, purnama mulai mengangkat diri dan tampilkan aura cantiknya ke angkasa, menurut gua, purnama itu seperti memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi gua, tapi juga purnama itu bisa dikatakan sebagai awal mula para demit mulai bermunculan


"Man, gua udah ngantuk nih, jangan lupa bangunin gua jam 2-an ya, gua mau sholat tahajud nanti."


"Yaelah, gitu doangan ngantuk."


Maaf saya nulis nya pake bahasa sehari-hari aja, karena agak ribet juga.


"Yaudah pokoknya lu bae-bae dah, ntar takutnya mba kunti ngejer lu, hik hik."


Si Ilham ini nakut-nakutin Salman dengan issue Kuntilanak pengganggu di malam hari, memang desa kita waktu itu sempat kena teror Kuntilanak jadi-jadian.


"Ah, palingan juga itu Kuntilanak bohongan, mana ada dia datang kemari terus gangguin kita, apalagi lu kan ahli ibadah."


"Yaudah, terserah lu aja, gua tidur nih ya, jangan lupa itu gerbang di kunci."


"Ya bos, santai aja ama gua mah."


Ilham tertidur sambil menunggu waktu sepertiga malam tiba, sedangkan si Salman, dia asyik push ranked biar ada kegiatan yang mendukungnya saja


Salman yang terus-terusan nge-game, lama kelamaan menjadi sangat bosan, dia pun ingin keluar malam tapi kasian juga dengan si Ilham yang sudah tertidur.


Akhirnya, dia pun melihat-lihat rumah warga dari depan rumah Ilham. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, namun dia masih belum ngantuk. Mungkin itu efek kopi, menurutnya.


Ketika dia melihat sekeliling rumah warga, dia mendapati seseorang sedang berdiam diri diatas pohon mangga dari kejauhan, kira dia itu layangan, tapi mengapa bergerak-gerak seperti tertiup angin? Padahal, tekanan angin kala itu hanya sebatas hembusan biasa.


"Apa sih itu? Layangan kali?"


Nalurinya ingin mendekati, namun perutnya mulai keroncongan, dia pun membatalkan diri, akhirnya dia kembali kedalam rumah sekaligus menutup gerbang rumah


Sosok yang di pohon mangga itu turun, lalu terbang menuju rumah Ilham, sepertinya eksistensi nya sudah dirasakan oleh manusia, sehingga ada iming-iming ingin menjahili manusia itu sendiri.


Kebetulan stok makanan dirumah Ilham sangat banyak, jadi bisa ambil dengan sendiri tanpa mesen gofood. 

Salman mulai memasak mie dan telor untuk mengganjal perut karetnya.


Ketika dia sedang memasak, dia merasakan ada aura yang tidak enak didalam rumah itu, padahal, dia hanya sendiri. Apakah pernah kalian seperti ada yang mengawasi ketika melakukan sesuatu? Ini pertanyaan langsung dari Narasumber.


Salman hanya bisa memandangi sekitaran dapur tempat dia memasak mie. Karena Salman ini orangnya idealis, semuanya di anggap positif thinking.


Setelah selesai, dia menuju kamar dan mendapati Ilham masih tertidur dengan nyenyak.


Salman melihat jarum jam, teringatnya dia harus membangunkan Ilham untuk menunaikan Sholat tahajud.


"Ham, ham. Bangun ge, kata mau sholat tahajud, udah jam 2 nih."

"Hemmmpp .. beneran jam 2?"


"Iye, sono sholat."


"Hemppph, lu makan apaan?"


"Mie, hehe. Gua ambil di dapur tadi, lagian kaga ada makanan."


"Yaudah ambil aja, lu hidup dirumah gua seminggu lagi bakal baik tuh gizi"


"Anjer, jan gitulah. Yaudah sono sholat."


"Iya iya."


Ilham pergi ke kamar mandi, saat itu dia masih belum full konsentrasinya. Jadi, jalannya agak sepoyongan.


"Tumben banget sih, kok ngantuk ya."

Ilham mulai memasuki kamar mandi, kebetulan kamar mandi itu dekat dengan dapur, mungkin saja setelah selesai keluar dari kamar mandi, Salman menuju dapur untuk menyimpan mangkuk disana.


Ilham membasuh mukanya dengan air, energinya sedikit terkumpul. Ketika dia ingin berwudhu, terdengar suara langkah kali menuju dapur, dia pikir itu adalah Salman yang ingin menaruh mangkuknya.



Langkah kaki itu terdengar jelas berbarengan dengan tawaan kecil, mungkin Salman ingin membuat candaan tidak lucunya.


"Hik hik hik."

"Man, gua tampol lu."

Tetap saja ringikan tawa itu membuat perasaan Ilham tidak enak, tumben banget nih anak suka gangguin, Pikirnya.


Setelah tawaan itu hilang, kini berganti dengan memadamkan lampu kamar mandi. Perasaan Ilham makin tidak enak, bercanda Salman mulai keluar batas.


"Man, ngapasi lu? Jangan bercandalah, ini dini hari woi, nyalain lampunya."


"Cetak."

Lampu kamar mandi mulai menyala kembali


Tampak bayangan orang sedang berdiri di depan kamar mandi. Ilham meyakini, Salman tidak mungkin se creepy itu.


Sosok itu berlari menuju arah ruang tamu, Ilham segera membuka kamar mandi dan mengejarnya, namun sosok itu lebih cepat dari larinya


"Siapa ya? Masa iya Salman sih."

Ilham pun menuju kamarnya, dia ingin sekali memarahi Salman yang membuatnya merinding dan berkalut dengan ketakutan.


Setelah dia memasuki kamar, dia mendapati Salman sedang tertidur.


"Woi bangke! Lu ngerjain gua ya?"

Sambil menendang-nendang pantatnya.


"Apaan sih lu? Siapa juga yang ngerjain lu, yang ada lu tadi ngerjain gua kan? Lemparin gua pake bola kasti?"


"Kapan?"


"Barusan tadi."


"Mana ada! Gua kan dikamar mandi terus, masa iya tangan gua nyampe ampe sini."


"Ya kali aja, terus siapa yang lemparin gua."


"Ah udahlah, gua mau sholat."


"Yaudah sono sholat, make bikin pengumuman segala lu."


Ilham masih dalam posisi kesal, apa mungkin ini bukan perbuatannya


Ilham memulai sholat tahajudnya, dia meyakini ada sesuatu yang mengganjal didalam rumahnya. Entah apapun itu, dia tetap curahkan kepada Tuhan.


"Allahu Akbar." 

Dia memulai sujud, haturkan sembah hidupnya pada Tuhan. Meyakini bahwa Tuhanlah maha dari segala-galanya.


"Allahu Akbar."

Tahiyat terakhir di sholat tahajud begitu sangat nikmat, lelah dan gundahnya terbayar. Tetesan air matanya membasahi pipi nya yang halus. Mana mungkin dia akan menahan rasa sakitnya.


Perlu diketahui, Ilham ini anak tiri. Dia selalu saja di banding-bandingkan oleh Ibunya yang merupakan Ibu tiri yang kejam dan haus akan pujian.


"Allahumma inna audzubikan min adzabinnari, wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min fitnatil masiyhid dajjal."


Sebelum mengucapkan salam, do'a ini sangat di anjurkan untuk menghindari fitnah dajjal dan lainnya.


Ilham memngangkat tangannya ke arah langit, tangisnya mulai pecah.


"Tuhan, ampuni segala kesalahan orang tuaku, dia lah yang mengajariku apa artinya hidup dan mandiri. Ampuni mereka, Ya Allah."


"Tok Tok Tok."


Ilham mendengar suara ketukan pintu, mungkin itu adalah orang tuanya. 


"Kok gak ngabarin ya?"


Ilham pun membangunkan Salman.


"Man, man, bangun. Bokap gua dateng."

"Ishhhh .. kok ngedadak banget sih."


"Bentar deh, kok gak ada suara mobilnya? Kayaknya ini bukan ortu lu."


"Coba cek."


Ilham dan Salman menuju pintu depan, sesaat dia berfikir, mana mungkin dini hari seperti ini orang tuanya datang.


Ketika Ilham membuka pintunya ...


Dia mendapati seorang nenek-nenek sedang menunggunya didepan.


"Assalamualaikum, nduk."


"Wa'alaikum salam, punten nyariin siapa nek? Terus nenek kok bisa masuk ke rumah saya tanpa izin?"


"Nduk, saya kedinginan, saya bukan orang sini, perjalanan saya masih jauh."


"Mau kemana nek?"


"Tidak tahu, nduk. Saya sedang mencari penginapan, mungkin subuh nanti saya lanjutkan perjalanan."


"Ohh gitu ya, anu. Di sini aja dulu nek, nanti kita buatkan teh hangat."


"Terima kasih banyak, nduk."


Ilham tersenyum namun Salman masih memandangi nenek itu


Dengan tatapan yang sinis.


"Monggo duduk dulu, nek."

"Terima kasih, nduk."

Salman langsung menarik Ilham menuju dapur, dia mulai tidak jelas.


"Eh ham, kok lu bisa sih nerima orang yang gak jelas gitu? Kali aja itu bukan manusia, lu tahu kan?"


"Ishh, gak boleh gitu."


"Coba lihat, pakaiannya sangat aneh."


"Udah buatin teh dulu."


Ilham membuatkan teh untuk nenek itu, rasanya Ilham ini tipe orang yang sangat halus hatinya.


"Iya nek, itu Ibu tiri saya."


"Jangan sampai kamu 'Adoh sing gusti Allah, nduk. Jiwanya bisa merusak orang-orang disekitarannya."


"Maksudnya, nek?"


Salman datang sambil membawakan teh dan cemilan dari dapur.


"Ndak papa, nduk. Jangan pernah jatuh dalam kegelapan."



"Nenek ini ngomong apa?" Tanya Salman


"Gak nduk, Nenek ingin bercerita tentang kisah pemuda yang dirasuki oleh dedemit walaupun dia ahli ibadah."


"Ahli ibadah di rasuki oleh demit?"


"Benar, kejadiannya sudah sangat lama. Itu adalah cambuk diri bagi mereka semua yang merasa


- paling dekat terhadap Tuhan, tanpa memanusiakan manusia di sekitarnya."


Ilham dan Salman masih memandangi raut wajah Nenek tersebut. Obrolannya sudah memulai serius.


"Setiap jiwa, memiliki sebuah pilihan, apakah dia ingin menjadi baik atau menjadi jahat, itu tergantung."


"Bila Tuhan memberikan sebuah ujian, jiwa mulai memberontak dan goyah, tapi hati yang jernih akan menenangkannya. Lain dengan hati yang tidak tenang, pikirannya akan hancur dan menyebabkan jiwa menjadi sangat kotor."


"Saat jiwa menjadi kotor, demit ini membisiki nya dengan sangat lembut. Selembut sutra, ada yang menjadikan ini sebagai godaan namun tidak banyak mereka juga terjatuh dalam kegelapan dan nafsu angkara."


Salman dan Ilham masih mendengarkan.

"Pemuda itu sangat rajin ibadah, terlebih lagi dengan sholat tahajud. Semuanya dilakukan setiap hari."


Nenek itu mulai menyeruput teh hangat yang di hidangkan oleh Salman.


"Suatu hari, dia kehilangan adiknya yang tercinta."



"Kemanakah seluruh amal ibadah yang aku sembahkan untukmu? Mengapa kau memberikan kejutan yang sangat menyakitkan sekali? Aku tidak bisa menerimanya! Tuhan! Jangan kau ambil adikku, aku tidak bisa menerimanya!"


"Pemuda itu putus asa, jiwanya sudah goyah, tanpa sadar, demit itu membisiki lewat hati yang kosong."


Lagi-lagi, Salman mulai terganggu dengan sesuatu yang melirik nya dari arah dapur.


"Aku punya cara untuk menghidupkan adikmu, asalkan kita bertukar jiwa."


Itu perjanjiannya.


"Lalu apa yang terjadi dengan pemuda itu, nek?" Tanya Ilham


"Pemuda itu menjadi penyembah iblis."


"Hah? Mengapa itu terjadi? Bukankah dia sering melakukan sholat tahajud?"


"Tahajud hanya di pergunakan oleh orang-orang yang benar ta'at."

Ilham paham apa yang nenek itu sampaikan


Dia mulai terganggu dengan tingkah Salman, sepertinya Salman tidak menyimak obrolan dari Nenek itu.


"Lu ngapa sih?" Tanya Ilham


"Kayaknya ada yang liatin kita ngobrol."


"Jangan takut, nduk. Mereka tertarik dengan percakapan kita."


"Maksudnya, nek?" Tanya Ilham


Nenek itu menujukkan sesuatu pada Ilham dan Salman.

"Kita ini bagaikan cemilan seperti ini, dan mereka, adalah semut-semut yang berdatangan. Selama kita menceritakan mereka, mereka akan tertarik datang sebagai pendengar."

Brukkkk


Ilham dan Salman baru sadar dengan perkataan itu.


"Berarti??"

"Ada apa, nduk?"

Sambil menyeruput teh yang mulai tak hangat lagi.


"Yang mengerjai kami barusan adalah mereka yang ingin menggoda Ilham?"


"Benar sekali, sepertiga malam merupakan tempat dimana para malaikat turun, juga para demit menggoda seluruh manusia."


Ilham paham dengan perkataan nenek tersebut. Ini bukanlah yang pertama kalinya, namun sudah berulang kali Ilham merasakan keadaan yang membuat bulu kuduk nya merinding secara tiba-tiba.


"Hari sudah hampir subuh, semoga kita akan bertemu lain waktu. Pesanku, jangan sampai Kamu terjatuh dalam kegelapan, nduk." Sambil memegangi dada Ilham.

"Nggeh, siap nek."

"Nenek permisi dulu."


"Alhamdulillah, kita dapat pelajaran baru lagi, man."


"Iya ham, semoga kita selalu dalam keselamatan."


"Tunggu dulu."

Ilham berhenti ketika hendak memasuki pintu rumah

"Lu tadi ngunci gerbang kaga?" Tanya Ilham kepada Salman


"Ngunci kok."

"Terus Nenek itu?"


Mereka baru sadar


yang mereka temui bukanlah manusia, melainkan sebuah peringatan atau lebih tepatnya sesuatu yang telah di taqdirkan untuk menjaga mereka berdua.


"Jangan-jangan .. "

Mereka berlari menuju luar gerbang, dan menengok kanan-kiri jalan, namun yang didapatinya adalah "KEKOSONGAN."

MASIH ADA PART 2 NYA YA



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paman pulang part 2

resep ayam saus pedas manis

resep cumi cabe hijau